Tapi, gak semua kok. Beberapa radio “Jawara” seperti
Grup Ardan (Ardan FM, B-Radio FM, Cosmo FM), Dahlia FM, Prambors FM, dan
beberapa Radio “makmur” lainnya -cuma beberapa- masih menghargai jam
siar dengan angka cukup lumayan, bisa sampai 25.000 per jamnya, bahkan
lebih. Jadi rata-rata penghasilan mereka (yang cuap-cuap di radio di
atas) bisa punya pendapatan di atas 1 juta perak, bahkan ada yang nyampe
2,5 juta perak.
Jomplang ya? Memang begitu faktanya. Ini karena
banyak radio -bukan hanya di Bandung- punya kesulitan dalam soal
pembiayaan. Intinya lebih banyak radio kembang kempis ketimbang radio
“gemuk”. Di Bandung ada radio -tidak saya sebutkan karena perimbangan
etika- yang slot iklannya terjual penuh, hingga bisa punya pendapatan
sampai 400.000.000 perak per bulan…. Tapi pada saat yang sama ada radio
yang dapet 10 juta per bulan juga udah syukuran.
Radio emang cuma ngandelin pendapatan dari spot
iklan, adlibs dan off air. Selain itu nyaris gak ada sumber pendapatan
lain yang bisa diandalkan. Beberapa radio pernah berinovasi dengan
mencoba menjadi sub penjualan produk dari klien yang memasang iklan,
misalnya bikin tim spreading, jual susu kuda liar, menerima bimbingan
haji, bikin BPIH, de el el. Tapi rata-rata tidak bisa bertahan lama.
Saya mengiformasikan ini tidak dengan tujuan buruk,
alias buka kartu kantongnya penyiar atau nakut-nakutin mereka yang ingin
jadi penyiar radio. Melainkan karena saya menganggap informasi ini juga
cukup perlu untuk diketahui. Buat apa? Ya buat apa aja… hehehe,
tergantung kepentingan yang membaca.
Masih mau jadi penyiar? Tentu saja, kenapa harus takut duluan!
terimaksih informnya!!
BalasHapus