Pernahkah Anda mengalami penglihatan yang tidak jelas, seperti terdapat
kabut menghalangi objek? Apakah Anda peka terhadap sinar atau cahaya?
Atau kadang merasa penglihatan pada satu mata menjadi dua atau ganda?
Apakah memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
Dan
apakah lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu? Jika
merasakan gejala tersebut, menurut dokter spesialis mata dari Jakarta
Eye Center (JEC), dr Setiyo Budi Riyanto, SpM, Anda haruslah hati-hati.
Sebab gejalagejala tersebut adalah gejala umum adanya penyakit katarak.
Setiyo
menjelaskan, katarak adalah perubahan lensa mata yang sebelumnya jernih
dan tembus cahaya menjadi keruh. "Katarak menyebabkan penderita tidak
bisa melihat dengan jelas karena dengan lensa yang keruh cahaya sulit
mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan yang kabur pada retina,"
jelas Wakil Direktur Medik JEC ini kepada Republika, pekan lalu.
Lebih
lanjut dokter yang akrab disapa dr Budi ini mengemukakan, sebagian
besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau penuaan. Katarak
juga bisa disebabkan oleh penyakit sistematis seperti diabetes,
penggunaan obat tertentu, khususnya steroid, mata tanpa pelindung
terkena sinar matahari (UV) dalam waktu cukup lama, pernah operasi mata
sebelumnya, pernah trauma atau kecelakaan pada mata, atau mata
terbentur.
Menurut Budi, salah satu faktor yang menyebabkan
peningkatan proses penebalan katarak adalah seringnya mata terpapar
sinar ultraviolet atau sinar matahari. Untuk itu dia menyarankan agar
masyarakat menggunakan kacamata ultraprotection yang bagus.
Ada
beberapa jenis katarak. Salah satunya katarak senilis, yaitu katarak
yang dialami orang berusia lanjut atau di atas 50 tahun karena faktor
degenerasi. Selain itu, ada juvenille yang merupakan katarak pada bayi.
Ini bisa terjadi ketika ibunda saat mengandung terkena virus atau tokso.
Berikutnya,
katarak traumatik yang disebabkan oleh trauma. Contohnya karena
kecelakaan atau terbentur sehingga menyebabkan lensa menjadi keruh.
Jenis lainnya adalah katarak komplikata, yaitu yang disebabkan oleh
komplikasi penyakit. Misalnya pada penderita diabetes dengan gula darah
yang tidak terkontrol atau lebih dari 200.
Prevalensi Katarak
merupakan salah satu penyebab terjadinya kebutaan. Dalam tulisannya,
Direktur Jakarta Eye Center, Prof Istiantoro, MD, mengungkapkan, buta
dua mata sebesar 1,47 persen dari jumlah penduduk atau sebesar 3,5 juta,
dan katarak merupakan penyebab utama yang mencakup 60-70 persen dari
total kebutaan. Bahkan, menurut data WHO, penderita buta katarak
bertambah 0,1 persen dari jumlah penduduk. Dalam perhitungan waktu,
ungkap Istiantoro, di Indonesia setiap 3,5 menit ada satu orang menjadi
buta.
Budi menambahkan, Indonesia merupakan nomor dua terbanyak
penderita katarak di dunia. Untuk kawasan Asia Tenggara Indonesia
menempati urutan nomor satu terbanyak. Setiap pria maupun wanita
mempunyai risiko yang sama terkena katarak. Biasanya katarak mengenai
kedua belah mata, tidak satu-satu. Sayangnya, menurut Budi, tidak ada
obat untuk menghilangkan katarak karena hanya bisa hilang dengan operasi
dan diganti dengan lensa yang jernih.
Saat ini teknologi semakin
canggih sehingga tersedia teknologi bedah katarak modern yang
menggunakan mesin fakoemulsifikasi. Dalam operasi ini lebar sayatan luka
operasi sangat minimal, yakni 1,4 hingga 2,2 milimeter. Bahkan luka
sayatan tersebut tidak perlu dijahit dan menggunakan lensa buatan (lensa
intra okular/lensa implan) untuk mengganti lensa yang terkena katarak.
Budi
berpesan, tindakan operasi jangan menunggu hingga katarak matang.
Karena pada proses pematangan tersebut dikhawatirkan akan terjadi
komplikasi yang bisa menyebabkan glukoma sekunder, dan peradangan di
dalam mata yang disebabkan oleh lensa dan kantung penggantung lensa
rapuh. "Untuk melakukan operasi tidak ada batasan usia," tuturnya.
Apakah
operasi katarak ada efek sampingnya? Menurut Budi, setiap tindakan
kedokteran itu harus menjaga faktor risiko dan efek samping lebih minim.
Untuk itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan setelah operasi.
Yakni, mata jangan terkena air selama 3-5 hari. Setelah operasi gunakan
kacamata karena mata tersebut tidak boleh terkena angin dan debu.
Sebelum
melakukan operasi, dokter akan melakukan pemeriksaan dahulu secara
lengkap. Mulai dari pasien tidak boleh mengandung gula tinggi,
pemeriksaan fungsi retina, serta pemeriksaan ukuran lensa tanam. "Untuk
menghindari angka kegagalan operasi yang penting menjalani pemeriksaan
awal yang lengkap," ujarnya.
Dan, hasil operasi akan bagus bila
fungsi retina dan organ lainnya bagus. Pada saat ini operasi katarak
tidak hanya mempertimbangkan fungsi penglihatan tapi juga kualitas
penglihatan. "Agar setelah operasi, pasien tak lagi menggunakan
kacamata," lanjut Budi.
Pasien yang melakukan operasi katarak
fakoemulsifikasi di JEC sejak 2004 hingga tahun 2008 sebanyak 70 ribu
pasien. Semua dokter mata, yang berhimpun dalam Perhimpunan Dokter
Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI), bertekad meningkatkan jumlah
operasi. Setiap dokter mata, yang kini mengoperasi dua pasien setiap
minggu, akan meningkatkan jumlah operasinya menjadi enam pasien
seminggu. Ini akan mencapai angka 1.000 operasi katarak per satu juta
penduduk per tahun.
http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/info-sehat/10/11/11/146020-mari-kita-kenali-gejala-awal-katarak